OTONOMI BELAJAR
LEARNER AUTONOMY
MAKALAH
ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI BELAJAR
DISUSUN OLEH :
TAHER,S.Pd.I
PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilaalamin, puji syukur kehadirat kehadirat Allah SWT atas perkenaan – Nya memberikan waktu yang luas kepada penyusun sehingga makalah yang berjudul Learner Autonomi / Otonomi Belajar ini dapat diselesaikan pada waktunya sebagai salah satu bagian tugas dari mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi Belajar dibawah bimbingan bapak Dr. Budi Raharjo, M.pd.
Muatan dari makalah ini mengangkat salah satu dimensi dari peserta didik dalam hal cara memperoleh ilmu pengetahuan untuk bekal hidup mereka di masa depan yang mana belajar mandiri merupakan satu cara yang dapat dikondisikan oleh guru terhadap siswa – siswa mereka dan sebaliknya siswa dapat pula memilih cara belajarnya secara otonom sebab siswa dapat menyesuaikan dengan waktu, lokasi/tempat, dan tahapan belajarnya. Suatu cara yang melalui pemilihan materi pelajaran dan topik – topik yang menarik minat belajar siswa dengan kata lain bahwa konsep dasar sistem belajar mandiri adalah pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tiap peserta didik dapat memilih dan atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri.
Sebab tidak semua kain dapat tertenun dengan sempurna oleh karena itu penyusun berharap kiranya kritik dan saran – saran guna penyempurnaan makalah ini kedepan. Terima kasih.
Penyusun.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN
Landasan Teori ......................................................................................................................... 3
Pengertian Otonomi Belajar ..................................................................................................... 4
Otonomi Belajar dan Kebebasan .............................................................................................. 7
Jenis Program Otonomi Belajar ............................................................................................... 9
PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin majunya teknologi dan semakin canggihnya media – media belajar, pembelajaran, dan pengajaran tentu saja menuntut para pendidik untuk “semakin” meng – update bekal, ilmu, mental, karakteristik dan kematangannya dalam menghadapi dan – tentu saja – menyusun strategi dalam mengoptimalkan kemampuan dan kecerdasan anak – anak didiknya yang meliputi kecerdasan linguistic, logis matematik, kinestetik, spasial, natural, eksistensional, musical, interpersonal maupun intrapersonal mereka. Pada hakekatnya siswa memiliki sisi individulistik sekaligus mempunyai dimensi sebagai makhluk sosial yang tidak mungkin tidak bergantung dengan orang lain, secara kodrati siswa sebagai bagian terpenting dalam peradaban manusia akan selalu hidup bersama oleh karena itulah dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi yang sengaja maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan keterbatasannya akal dan luasnya keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai proses, interaksi belajar bahkan cara belajar siswa. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Belajar mandiri merupakan suatu cara yang dapat dikondisikan oleh guru terhadap siswa – siswa mereka dan sebaliknya siswa dapat pula memilih cara belajar ini secara otonom sebab siswa dapat menyesuaikan dengan waktu, lokasi/tempat, dan tahapan belajarnya. Suatu cara yang melalui pemilihan materi pelajaran dan topic – topic yang menarik minat belajar siswa. Pada jenis belajar bahasa misalnya Rubin (1979) mendefiniskan bahwa pelajar bahasa yag baik ialah “ one who sets his or her own direction and takes responsibility for his or her own learning. Certain meta – cognitive skills are necessary for independent learning, including awareness of learning styles and the ability to track one's own progress” seseorang yang menyusun arah belajarnya dan bertanggung jawab atas hasil belajarnya tersebut. Tentu saja metakognitif adalah hal perlu untuk belajar mandiri yang meliputi kesadaran terhadap gaya belajar dan kemampuan mengejar kemajuan/ prestasinya sendiri. Rubin (1979)
Dibeberapa penelitian yang dilakukan di Jepang (Usuki:2001) dan di China (Chan:2001)
mengindikasikan ternyata “ some students realize that they could take better advantage of resources by being more independent. If we want to encourage independent learning, we will need to give learners good reasons for moving in that direction”. beberapa siswa menyadari bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan yang lebih baik dengan menjadi lebih mandiri/otonom. Jika kita ingin menganjurkan belajar mandiri / otonom, kita akan harus / perlu memberikan para pelajar/siswa alasan – alasan yang bagus untuk beralih kearah belajar mendiri tersebut.
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
Apakah otonomi / autonomy ?
Beberapa definisi tentang otonomi adalah sebagai berikut, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Henri Holec yaitu: ‘Autonomy is the ability to take charge of one's own learning'. Bahwa otonomi adalah kemampuan seseorang untuk terus menerus belajar secara mandiri. Dari definisi tersebut dapat diasumsikan bahwa otonomi merupakan situasi dimana seseorang – dalam proses belajarnya – mengambil kesempatan, kebebasan dan kemandirian untuk menentukan strategi ataupun gaya belajar yang sesuai bagi dirinya dan sampai pada tataran mengevaluasi hasil belajarnya.
Hal tersebut diatas di perkuat oleh pernyataan Leslie Dickinson merumuskan tentang otonomi sebagai “ a situation in which learner is totally responsible for all the decisions concerned with his/her learning and the implementation of those decisions”. Dengan kata lain – berdasarkan definisi Leslie Dickinson tersebut – otonomi ialah suatu kondisi atau keadaan dimana pelajar / siswa dengna sepenuhnya bertanggung jawab terhadap seluruh keputusan atau hal yang dia tentukan sendiri secara mandiri yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya/pembelajarnnya dan implementasi dari keputusannya tersebut.
Sementara itu Phil Benson menyebutkan bahwa otonomi sebagai “ a recognition of the rights of learners within educational systems” pengenalan terhadap (cara) belajar yang benar yang sesuai dengan sistem pendidikan. Gardner and Miller mendefinikan otonomi sebagai “Establishing Self-Access from theory to practice”. CUP (1999) . yaitu suatu cara / aplikasi bagi diri sendiri dalam menentukan penerimaan sesuatu dari hal – hal yang teoritis ke hal – hal yang praktis. (http://www.ritsumei.ac.jp/is/~nozawa/index.html)
B. PENGERTIAN OTONOMI BELAJAR
Didalam otonomi belajar sesungguhnya para siswa mengambil tanggung jawab dan berpartisipasi penuh terhadap belajar mereka dan bekerja didalam kelompok, diantara dan bersama dengan siswa lainnya serta dengan guru atau pembimbingnya. Otonomi belajar hakekatnya ialah tentang pembelajaran untuk belajar dan juga merupakan pengembangan penilaian belajar yang dilakukan siswa. Melalui otonomi belajar para siswa merefleksikan pengalaman – pengalaman mereka dan cakap untuk menciptakan maksud dan tujuan – tujuan mereka dan juga tantangan tentang bagaimana menuangkan ide – ide ataupun teori – teori yang mereka peroleh melalui pengalaman – pengalaman mandiri tersebut. Hal yang perlu digaris bawahi mengenai otonomi belajar ialah bahwa guru ataupun pembimbing memberikan kepercayaan dan bahkan percaya terhadap kemampuan siswa dan guru juga diharapkan mempromosikan penggunakan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru dalam hal ini menjadi media, motovator, inpirator dan sarana bagi siswanya bukan sebagai pengontrol secara langsung.
Otonomi Belajar / Learner Autonomy dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai otonomi belajar atau kemandirian dalam belajar yang diartikan sebagai suatu hal yang muncul dari dalam diri individu pelajar berkaitan dengan tanggung jawab untuk menerima pelajarannya. (et. at. Holec, 198; Little, 1991).
Pemahaman ini memberikan makna bahwa otonomi pelajar adalah sesuatu ketegasan atau kesadaran: Bahwa kita tidak bisa menerima tanggung jawab untuk pelajaran kita sendiri kecuali jika kita mempunyai beberapa gagasan untuk apa, mengapa, dan bagaimana kita sedang berusaha untuk belajar .
Knowles mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal: mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya, serta mengevaluasi hasil belajarnya.
Ditambahkan pula definisi otonomi belajar oleh Kozma, Belle dan Williams. Menurut mereka, belajar mandiri merupakan suatu bentuk belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan: tujuan belajar, sumber-sumber belajar dan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Secara singkat dikatakan pula bahwa dalam belajar mandiri, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Cyril Kesten mendefinisikan belajar mandiri sebagai suatu bentuk belajar dimana pebelajar (dalam hubungannya dengan orang lain) dapat membuat keputusan-keputusan penting yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya sendiri.
Sementara itu Miarso menjelaskan bahwa konsep dasar sistem belajar mandiri adalah pengaturan program belajar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga tiap peserta didik dapat memilih dan atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Tonny Dodds yang mengartikan belajar mandiri sebagai suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sendiri dari bahan cetak, program siaran dan bahan rekaman yang telah disiapkan sebelumnya.
C. OTONOMI PELAJAR DAN KEBEBASAN
Istilah, "otonomi" secara semantis kompleks. Di antaranya membawa suatu implikasi kebebasan kuat. Pertanyaan adalah, tentu saja, kebebasan dari apa?
Berofsky menyampaikan kebebasan yang paling utama dari otonomi menyiratkan kebebasan pelajar dari diri, dengan mana kita berarti kapasitasnya untuk melebihi pembatasan dari pribadi seseorang ( cf. Berofsky, 1997).
Menurut Moore, otonomi belajar yang diberikan kepada siswa pada dasarnya meliputi tiga aspek, yaitu penentuan: tujuan belajar, cara belajar dan evaluasi
ASPEK – ASPEK OTONOMI BELAJAR
TEORI MOORE
Keegan menyimpulkan bahwa tingkat kemandirian belajar siswa dalam suatu program pendidikan dapat ditentukan berdasarkan jawaban atas tiga pertanyaan, yaitu:
Penentuan tingkat kemandirian belajar siswa
KEEGAN
- Ciri – ciri siswa dalam otonomi belajar menurut Benson dan Voller (1997), meliputi:
Critical reflection and thinking, Self-awareness,Taking responsibility for own learning,
Working creatively with complex situations
D. JENIS – JENIS PROGRAM OTONOMI BELAJAR
- Keegan memberikan beberapa contoh program belajar untuk menggambarkan perbandingan tingkat kemandirian/ otonomi belajar masing-masing program tersebut
Contoh Program Belajar | Aspek Otonomi Belajar | ||
Tujuan/ Perencanaan Belajar | Strategi/ Pelaksanaan | Evaluasi Belajar | |
1. Program belajar privat (Private study) | Otonomi | Otonomi | Otonomi |
2. Program luar kampus di Universitas London | Otonomi | Otonomi | Tidak Otonomi |
3. Belajar ketrampilan olah raga (Learning sport skill) | Otonomi | Tidak Otonomi | Otonomi |
Secara lebih jelas Keegan juga mengadaptasi pendapat Moore yang menggambarkan 4 tipe program pembelajaran sesuai tingkat dialog (D) dan struktur program (S), seperti terlihat dalam tabel berikut.
Jarak Transaksi | Tipe Program Pembelajaran | Contoh Program |
Paling besar / jauh | 1. Program tanpa dialog dan tidak terstruktur (-D -S) | Belajar sendiri dengan membaca buku teks |
| 2. Program dengan tanpa dialog, tetapi terstruktur(-D+S) | Program pembelajaran yang menggunakan media siaran radio atau televisi |
| 3. Program dengan dialog dan terstruktur(+D+S) | Program pembelajaran melalui korespondensi |
Paling kecil / dekat | 4. Program dengan dialog dan tidak terstruktur(+D-S) | Program pembelajaran melalui tutorial |
E. PENDIDIKAN TERBUKA SEBAGAI CONTOH OTONOMI BELAJAR
Makna kemandirian dapat dilihat dari sudut pandang konsep pembelajaran mandiri. Bentuk kemandirian dalam sistem pendidikan terbuka adalah kemandirian dalam hal belajar. Pengaruh paradigma pembelajaran terhadap paradigma belajar ditandai dengan adanya metode belajar otonom/mandiri, yang kemudian berkembang menjadi belajar terbuka (open learning), hingga munculnya proses belajar jarak jauh (distance learning). Selanjutnya, pembahasan yang lebih mendalam mengenai konsep belajar mandiri (independent learning) dan kemandirian belajar (learning independence)
Pada contoh pendidikan terbuka (misal SMP terbuka) maka otonomi diberikan pada:
(1). Perencanaan pembelajaran;
(2) Proses Pembelajaran dan
(3). Pelaksanaan Evaluasi
F. OTONOMI DALAM PERENCANAAN BELAJAR
Pada proses perencanaan otonomi belajar/ kemandirian belajar, biasanya siswa dilibatkan dalam menentukan waktu dan tempat belajar, baik kegiatan belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bersama guru pamong, maupun kegiatan tutorial dengan guru binaanya
G. KEMANDIRIAN DALAM ASPRK PELAKSANAAN BELAJAR
Otonomi yang dimiliki siswa dalam pelaksanaan belajar adalah dalam hal memilih strategi untuk mempelajari bahan ajar sesuai dengan pilihan masing-masing siswa. Siswa dapat mempelajari sendiri uraian modul, mengulang-ulang materi yang ia anggap sulit atau langsung mengerjakan tugas dan latihan dalam modul jika ia telah merasa menguasai materi tertentu. Siswa juga bebas memilih apakah akan mempelajari modul secara sendirian atau secara berkelompok dengan teman-teman lain. Selain itu, siswa juga bisa memilih mata pelajaran mana yang akan ia pelajari, baik di tempat kegiatan belajar (TKB), di rumah, atau di tempat lain yang memungkinkan.
H. KEMANDIRIAN DALAM ASPEK EVALUASI BELAJAR
Dalam sistem otonomi pada sekolah terbuka terdapat enam tahap penilaian hasil belajar, yaitu:
a. Penilaian/tes mandiri,
b. Tes akhir modul,
c. Tes Akhir Unit (kelompok modul),
d. Tes Akhir Catur Wulan,
e. Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA),dan
f. EBTANAS.
Setiap kali siswa telah selesai mempelajari satu kegiatan belajar tertentu, siswa diberi otonomi untuk mengerjakan tes/tugas akhir kegiatan sekaligus mengoreksi sendiri hasilnya, tanpa pengawasan dari guru.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas kiranya dapatlah kiranya disimpulkan bahwa didalam LEARNER AUTONOMY atau Otonomi belajar sesungguhnya para siswa mengambil tanggung jawab dan berpartisipasi penuh terhadap belajar mereka dan bekerja didalam kelompok, diantara dan bersama dengan siswa lainnya serta guru sebagai pengarah dan pembimbingnya. Otonomi belajar hakekatnya ialah tentang pembelajaran untuk belajar dan juga merupakan pengembangan penilaian belajar yang dilakukan siswa. Melalui otonomi belajar para siswa merefleksikan pengalaman – pengalaman mereka dan cakap untuk menciptakan maksud dan tujuan – tujuan mereka dan juga tantangan tentang bagaimana menuangkan ide – ide ataupun teori – teori yang mereka peroleh melalui pengalaman – pengalaman mandiri tersebut.
Pemahaman ini memberikan makna bahwa otonomi pelajar adalah sesuatu ketegasan atau kesadaran: Bahwa kita tidak bisa menerima tanggung jawab untuk pelajaran kita sendiri kecuali jika kita mempunyai beberapa gagasan untuk apa, mengapa, dan bagaimana kita sedang berusaha untuk belajar yang tataran aplikasinya adalah belajar mandiri sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal: mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya, serta mengevaluasi hasil belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA














Tidak ada komentar:
Posting Komentar